MEMBERDAYAKAN
POTENSI DIRI
SECARA
ISLAMI
Masalah pengembangan diri adalah
persoalan yang terkait dengan setiap kita, baik sebagai pribadi maupun sebagai
seorang muslim. Sebagai pribadi, pengembangan diri adalah persoalan manusiawi
dan sebagai muslim hal ini menjadi masalah strategi ideologi.
Sebagai persoalan manusiawi,
kehidupan pribadi kita membutuhkan dua keterampilan dasar; keterampilan hidup
dan keterampilan teknik. Kita membutuhkan keterampilan hidup seperti bagaimana
berhubungan dengan orang lain, dan kita perlu keterampilan teknis seperti
bagaimana membuat sebuah laporan keuangan yang benar.
Keterampilan hidup ini bersifat
mendasar dan penting bagi semua orang, apapun peran dan posisi yang
dimainkannya. Kita perlu keterampilan bagaimana berhubungan dengan orang lain
dalam keluarga, kampus, lingkungan pekerjaan, tempat tinggal dan seterusnya.
Sebaliknya, keterampilan teknis bersifat lebih khusus dengan ruang lingkup yang
terbatas. Keterampilan membuat laporan keuangan di bagian produksi dan bagian
keuangan jelas tidak sama pentingnya.
Perbedaan lain antar aketerampilan
hidup dan keterampilan teknik ini juga terleak pada cara mendapatkanya.
Keterampilan hidup kita dapatkan dari kehidupan secara tidak langsung dan
bersifat informal. Sementara itu, keterampilan teknik bias ita dapatkan lewat
belajar di lembaga tertentu dan berbau lebih formal.
Dengan bahasa lain, keterampilan
teknik punya sekolah khusus yang dapat kita ikuti. Tetapi, keterampilan hidup
tidak punya sekolah resmi untuk itu. Kita dapat mengukur kemampuan teknis
seseorang dari nilai yang diperolehnya dan tingkatan pendidikannya. Tetapi,
kita tidak dapat menilai secara akurat keterampilan hidup siapapun.
Dalam hal ini, untuk mencapai
perkembangan yang terarah, terukur, dan terkendali, diperlukan sejenis sekolah
untuk meningkatkan keterampilan hidup kita. Sekolah keterampilan hidup itu bisa
kita sebut sebagai proses pengembangan diri.
Sebagai masalah strategi ideology,
status kita sebagai muslim menuntut sebuah tanggung jawab. Sebagai seorang
muslim, kita dituntut menegakkan nilai Islam dalam kehidupan. Sebagai muslim
kita adalah seorang misionaris, sang pembawa misi dan keyakinan yang kita anut.
Bila Islam kita ibaratkan adalah
sepikul beban, maka seorang muslim adalah orang yang bertugas membawa beban itu
di pundaknya. Dan karena Islam adalah sebuah misi tertinggi dan mulia yang
datang dari Allah, jelas ia bukan beban yang ringan dan enteng hingga bida
dijinjing dengan sebelah tangan. Islam adalah sebuah misi besar dari langit yang
memerlukan pribadi muslim yang kuat untuk memikulnya.
Seorang muslim yang memiliki
kepribadian yang kuat untuk memikul misi itu tidak bisa dengan tiba-tiba.
Melahirkan pribadi yang tangguh dan kuat itu memerlukan proses dan usaha. Usaha
untuk menjadi pribadi muslim yang tangguh itulah yang kita sebut sebagai proses
pengembangan diri.
Bila menegakkan misi Islam adalah
kewajiban, maka menjadi pribadi yang kuat dan mampu menjalankan misi itu
hukumnya juga wajib. Dalam kaidah ilmu Ushul Fiqh terdapat kaidah yang
mengatakan, “Maa laa yatimmu al amru al wajibu illa bihi fahuwa wajib,”
sesuatu yang menentukan terlaksananya sebuah urusan yang wajib, maka hukumnya
juga wajib. Misalnya, bila berwudhu’ adalah wajib sebelum melaksanakan shalat,
maka mengusahakan pengadaan air untuk berwudhu’ hukumnya juga wajib.
Terkait dengan Islam sebagai
ideology mengembangkan diri adalah bagian dari strategi menegakkannya.
Keyakinan kita tentang ideology Islam harus diikuti dengan pengembangan diri,
karena hanya lewat proses itulah kita bisa menjadi pemikul tanggung jawab
menegakkannya.
Strategi instan dikelompokkan secara
garis besar, kita dapat membedakannya dalam dua strategi instan, yaitu:
·
Strategi sikap positif
·
Strategi motivasi
Di
bawah ini, kita dapat melihat sekilas tentang dua strategi instan itu beriktu
kekurangan mendasar yang dimilikinya.
1.
Strategi sikap
positif
Strategi ini berangkat dari pemahaman bahwa “hasil
yang kita dapat kan sangat tergantung pda tindakan yang kit alakukan”. Bila
bertindak benar, kita akan menerima hasil yang baik dan sesuai harapan.
Sebaliknya, bila bertindak tidak benar, kita akan menerima hasil yang buruk dan
mengecewakan. Hasil yang kita terima tidak lain adalah buah dari tindakan yang
kita tanam. Tindkaan yang benar akan berbuah manis dan tindakan yang salah akan
berbuah pahit.
Pendekatan yang dipakai dalam strategi ini berintikan
pengertian dasar manajemen, yaitu “how to do something right”, artinya
seni melakukan sesuatu secara benar. Bahwa hasil memuaskan sesuai harapan hanya
bisa dihasilkan oleh tindakan yang benar.
Dalam praktiknya, strategi ini merekomendasikan sikap
positif tertentu sebagai ganti tindakan negatif yang keliru. Strategi ini
berpusat pada pembentukan kebiasaan. Kita dilatih untuk melakukan sikap-sikap
positif tertentu, mengulanginya berkali-kali, sampai akhirnya terbiasa.
Dari strategi sikap positif ini, kita akan menerima
saran-saran seperti; “Bekerjalah sepuluh persen lebih beras”, “Senyum
menghasilkan lebih banyak sahabat”, “Menabung adalah langkah awal menuju
kemandirian keuangan”, “Mulailah disiplin dari diri sendiri”.
Tetapi, tanpa mengabaikan pengaruhnya, strategi ini
memiliki cacat utama yang sangat mengganggu dan sering dikeluhkan. Strategi ini
hanya mampu menyulut semangat dalam beberapa hari selesai membaca buku atau
sepulang mengikuti pelatihan. Strategi ini ternyata bersifat sangat temporal,
sementara, tidak permanen, dan sulit dipertahankan untuk jangka waktu yang
panjang.
Masalah strategi sikap positif ini adalah
terabaikannya motivasi yang mendasari tindakan. Sikap positif bekerja lebih
tekun misalnya, dilatih dan dipraktikkan tanpa lebih duu merubah cara pandang,
pikiran dan perasaan. Tindakan hanya menjadi aktivitas fisik yang kering dan
tak melibatkan emosi dalam diri.
2.
Strategi Motivasi
Seperti yang akan kita lihat, strategi motivasi jauh
lebih mendalam dari strategi sikap positif. Kekuatannya muncul karena
memperhitungkan faktor motivasi dalam diri. Strategi ini dibangun oleh kerangka
berpikir bahwa “sebuah tindakan sangat tergantung motivasi yang mendasarinya”.
Motivasi yang tinggi akan member daya gerak yang besar untuk bertindak.
Motivasi yang tinggi akan memperkuat stamina untuk bertahan dalam jangka waktu
yang lama.
Sumber motivasi tertinggi ini adalah jawaban sebuah
pertanyaan mendasar. Yaitu, “Apa manfaatnya bagiku?”. Motivasi bergerak dana
bertindak tergantung pada jawaban atas pertanyaan ini. Semakin besar manfaat
yang bisa diperoleh dalam melakukan sesuatu, berarti semakin kuat motivasi yang
dimiliki. Dan, semakin besar motivasi yang dimiliki, semakin besar pula energy
yang tersedia untuk mencapai sasaran.
Pendekatan ini mengantar kita pada dua titik utama.
·
Titik pertama adalah
diri sendiri
·
Titik kedua adalah
sasaran yang diinginkan.
Cara Islam
Mengembangkan Diri
Pada dasarnya, keinginan memperoleh
hasil bukanlah sesuatu yang dilarang dalam Islam. Dorongan ini adalah keinginan
dasar yang dimiliki oleh setiap orang dan bersifat manusiawi. Setiap kita
mempunyai keinginan untuk mencapai hasil yang baik dalam semua sisi
kehidupannya. Kita ingin memperoleh hasil yang baik dalam belajar, pekerjaan,
hubungan dengan orang lain, penghasilan, keluarga, dan seterusnya.
Doronga semacam ini pada dasarnya
adalah sesuatu yang bersifat lumrah dan wajar. Adalah absah dan lumrah bila hal
itu menjadi harapan kita semua. Keinginan seperti ini diakui oleh Islam, selama
masuk dalam kerangka fastabiqul khairat, berlomba-lomba dalam kebaikan.
Bahkan, lebih dari itu, semua
rangkaian hidup yang kita jalani ternyata dikaitkan pada sebuah hasil akhir di
akhirat. Kita dibebaskan untuk beramal, tetapi sekaligus dituntut bertanggung
jawab untuk menerima hasil akhir yang berbanding lurus dengan apa yang kita
perbuat. Kita didorong untuk berbuat baik, agar kelak juga mendapat hasil yang
baik. Dalam hal ini, janji pasti tetang surga dan neraka adalah dorongan
terbesar kita agar kita berpikir tentang hasil akhir yang baik. Keyakinan
tentang adanya hari akhir ini bahkan berada pada urutan kedua, setelah beriman
pada Allah.
Pengembangan diri dalam Islam lebih didasrkan pada pembentukan karakter
dan pembentukan sikap. Ini sejalan dengan misi kenabian Rasulullah, seperti
yang beliau ungkapkan dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah:
“Sesungguhnya aku diutus untuk memperbaiki akhlak manusia.”
(riwayat Bukhari).
Islam menginginkan kita hidup dengan memiliki pijakan yang kokoh dan
pondasi yang dalam. Karena, dengan pijakan kokoh dan pondasi yang dalam itu,
bangunan yang tinggi bisa ditegakkan di atasnya.
Situasi yang kita hadapi antara memilih strategi instan dan atau
membentuk kepribadian mirip dengan pilihan yang diberikan pada seseorang yang
ingin membangun rumah. Apakah ia akan membangun rumah dari kartu atau dari
batu? Memakai strategi instan ibarat membangun rumah kartu dan membentuk
kepribadian seperti membangun rumah dari batu. Kedua pilihan ini mempunyai
kelebihan dan kekurangan dengan konsekuensi masing-masing.
Bila yang bersangkutan berpikir jangka pendek, ia akan memilih membangun
rumah dari kartu. Untuk tujuan ini, kerja yang dibutuhkan jauh lebih ringan
dengan waktu yang lebih cepat. Tetapi, hasilnya akan bersifat sementara dan
tidak permanen.
Bila berpikir jangka panjang, ia akan memilih membangun rumah dari batu.
Membangun rumah dari batu membutuhkan waktu yang jauh lebih lama dan tenaga
yang jauh lebih besar. Namun, hasil yang diperoleh jauh lebih kokoh dan lebih
permanen.
Terapi adalah proses penyembuhan untuk mengembalikan kita pada kondisi
terbaik setelah mengalami masa-masa buruk. Terapi dalam pengertian ini adalah
serangkaian langkah yang bersifat saling mendukung dan terkait satu sama lain.
Proses terapi memberdayakan potensi diri itu terdiri atas tiga tahap utama,
yaitu menemukan potensi diri, mengambangkan, dan memberdayakannya.
Menemukan potensi diri (kesejatian, rahasia mengenal diri).
Proses menemukan berarti berusaha mendapatkan sesuatu yagn sebenarnya ada
di suatu tempat. Selama ini kita tidak mampu menemukannya karena tertutupi oleh
sesuatu yang lain. Tugas kia adalah menyingkap penutup yang menghalangi itu.
Mengembangkan potensi diri (keberanian, rahasia memulai
perubahan, kemuliaan, rahasia membentuk sikap dan kearifan, rahasia mengoleksi
pengalaman)
Mengembangkan potensi diri berarti mengelola potensi yang sudah ditemukan
itu. Mengembangkan adalah mengupayakannya agar tumbuhan berbatang, berdahan,
beranting, berdaun dan berbuah. Mengembangkan potensi diri adalah berusaha
merubahnya dari sebuah biji agar tumbuh dan membesar. Mengembangkan potensi
diri berarti ia menjadikan ia lebih besar dari potensi asalnya. Tugas kita
adalah melatih potensi itu.
Memberdayakan potensi diri (kepastian, rahasia bertindak dengan
keyakinan, kesetiaan, rahasia berfokus pada tujuan dan kebangkitan, rahasia
belajar dari kegagalan)
Memberdayakan berarti membuat potensi diri yang sudah dikembangkan itu
berfungsi dan berguna dalam kehidupan nyata. Memberdayakan berate memakainya
dalam upaya kita mencapai sasaran kehidupan. Memberdayakan berarti
menjadikannya sebagai alat kita bergerak di jalanan kehidupan.
Proses perubahan dari pikiran hingga menjadi kehidupan ini diungkapkan
oleh para ahli hikmah. Mereka mengatakan:
“Tanamkan pikiran, anda akan menuai keyakinan.
Tanamkan keyakinan, anda akan menuai tindakan.
Tanamlah tindakan, anda akan menuai kebiasaan.
Tanamlah kebiasaan, anda akan menuai kehidupan.”
Apa yang paling banyak muncul dalam pikiran akan membentuk keyakinan
kita, dan mempengaruhi kita dalam bertindak. Tindakan yang sering dilakukan
menjadi kebiasaan dan membentuk kehidupan kita.
Makasih artikelnya sangat bermanfaat
BalasHapus