SEJARAH TARI TURONGGO YAKSO
Seni tari jaranan
Turonggo Yakso berasal dari daerah Jawa Timur, tepatnya Daerah Tingkat Dua
Kabupaten TRENGGALEK. Cerita terjadinya Tari Jaranan Turonggo yakso adalah
sebagai berikut:
Upacara adat
Baritan telah melahirkan ide untuk memprojeksikan kembali berbagai
sentuhan estetis kesenian jaranan yang ada pada upacara baritan tsb pada wujud
baru, yaitu tari Turonggo Yakso Trenggalek yang diwarnai dengan
mayoritas budaya masyarakat agraris memberikan peluang kehidupan kesenian
jaranan. Diwilayah kecamatan dongko, terletak didaerah pegunungan Trenggalek,
terdapat upacara adat baritan yang hidup turun temurun, hingga upacara tsb
menjadi sebagian dari kehidupan masyarakat yang ada diwilayah tersebut.
Kehidupan sehari hari
yang lebih dominan pada sector pertanian dan perdagangan mengkondisikan upacara
adapt baritan tersebut sebagai salah satu bagian kehidupan yang diselenggarakan
secara rutin sebagai media komunikasi terhadap tuhan yang maha esa. Upacara
baritan adat tersebut diselenggarakan setiap tahun pada bulan Syura(Muharam)
dengan hari dan tanggal yang ditentukan oleh sesepuh(Pawang) yakni orang yang
dianggap menguasai tentang hal tsb. petani pemilik rojo koyo berkumpul sambil
membawa perlengkapan sesaji berupa ambeng dan longkong dan membawa tali yang
dibuat dari bambu yang disebut dadung. Waktu upacara diselengggarakan siang
hari sekitar pukul 11 WIB , para petani sudah istirahat dalam mengerjakan sawah
dan ladangnya.
Karena upacara itu
dilaksanakan bubar ngarit tanduran, maka diberi nama Baritan( menurut mbah
Karto sentono). Setelah upacara selesai diteruskan dengan pentas kesenian
langen Tayub ditempat bekas tumpukan dhadhung tadi. Dhadhung yang telah
dimanterai dibagikan kepada pemilik semula dan disimpan yang baik diatas pogo.
Dengan menyimpan dhadhung tersebut , atas berkat Tuhan Yang Maha Esa, hewannya
akan terhindar dari gangguan malametaka dan penyakit.Namun upacara baritan
tersebut pada bebrapa tahun yang lalu sudah ditinggalkan oleh masyarakat
pendukungnya. Untuk melestarikan uparacara pada tahun 1971 penilik kebudayaan(
Bapak Sutyono) beserta seninam berusaha menciptakan suatu bentuk tari yang bisa
mendatangkan masyarakat tanpa diundang, yaitu tari jaranan. Didalam melaksanakan
upacara adat baritan yang dulu hiburannya langen Tayub, diganti kesenian
jaranan, karena kesenian jaranan dianggap sangat cocok untuk.
Berangkat dari
kesenian jaranan yang terdapat pada upacara adat Baritan tsb melahirkan ide
untuk memprojeksikan kembali berbagai sentuhan estetis kesenian jaranan yang
ada pada upacara baritan tsb pada wujud baru, yaitu tari Turonggo Yakso.
PERLENGKAPAN
KOSTUM
Tata rias dalam tari ini hanya
dilakukan oleh para penari, baik penari putrid maupun penari putra. Untuk para penari
putri dan para penari putra merias wajah agar dapat menimbulkan efek terkesan
tampan dan jantan, seperti menebalkan alis, memerahkan bibir, membuat kumis,
jambang dan jenggot dengan menggunakan pensil alis, memakai bedak muka dan
pemerah pipi.
Busana yang dipakai dalam Tari
Turonggo Yakso mempunyai bentuk sederhana, dengan tujuan agar lebih mudah saat
dipakai, yang praktis, lebih longgar agar mudah bergerak. Penari menggunakan
iket, dan tidak mengenakan asesoris apapun.
Rincian tata busananya adalah,
bagian bawah celana 3/4 dan atas baju panjang dengan warna mencolok dengan
rompi yang warnanya kontras dengan bajunya ataupun para penari dapat
bertelanjang dada. Pada bagian bawah dililitkan jarit sampai pada atas lutut
kedua ujungnya dilipat menyerupai dasi pada bagian bawah dan slayer dikaitkan
pada lipatan jarit. Kemudian, untuk para penabuh gamelan menggunakan beskap
bercelana panjang dan mengenakan blangkon.
Perlengkapan tari yang dikenakan
antara lain pecut (cambuk), barongan/ caplokan, kucingan, dan celengan. Pecut
atau cambuk adalah cambuk yang terbuat dari bamboo yang dikepang memanjang dan
mengecil di bagian ujungnya. Barongan adalah penggambaran dari raksasa, yaitu
dengan kepalanya yang terbuat dari kayu berwajah buto yang lengkap
dengan asesorisnya dan disambung dengan kain panjang berwarna hitam yang
digunakan penari barong menutupi wajah dan sebagian tubuh mereka. Kucingan
terbuat dari kulit lembu dan diberi hiasan rumbai-rumbai yang terbuat dari tali
rafia. Dan celengan juga terbuat dari kulit lembu yang berbentuk seperti celeng
(babi hutan) tanpa kaki dan ekor dan berwajah seperi celeng (babi hutan). Dan
pada hal inilah yang membedakan tari jaranan Turonggo Yakso dengan tari yang
lain ataupun tari jaranan yang lain. Perberdaan dan sekaligus kekhasan tari
jaranan Turonggo Yakso yaitu terletak pada bentuk kuda kepang yang digunakan,
terbuat dari kulit sapi/kerbau dengan gambar kepala raksasa berambut lebat.
Gamelan yang
Mengiringi
1.
Kendhang: terbuat dari
kulit hewan (sapid an kambing)
2.
Gong, ada dua macam gong:
-
Gong ageng (besar) dan
-
Gong suwukan atau gong
siyem yang berukuran sedang
3.
Kenong: merupakan satu set
instrument jenis mirip gong berposisi horizontal, ditupangkan pada tali yang
ditegangkan pada bingka kayu.
4.
Gambang: instrument dibuat dari
bilah-bilah kayu dibingkai pada gerobogan yang juga berfungsi sebagai resonator
5.
Sompret: alat musik tiup
tradisional
Fungsi dan
Peran
Sebagai tari
tradisional, tari Turonggo Yakso dipercaya sebagai ritual untuk mengusir
marabahaya dan keangkaramurkaan yang menyerang desa masyarakat sekitar. Selain
itu, Tari Turonggo Yakso juga merupakan kesenian tradisional khas Trenggalek
yang berasal dari masyarakat Dongko. Berkat property yang dianggap merupakan
symbol seni yang mempunyai keindahan serta kekuatan tersendiri, maka property
tari turonggo yakso yang terbuat dari kulit kerbau dengan bentuk visual terdiri
atas badan kuda dan kepala raksasa tersebut makin popular sebagai property tari
jaranan khas Trenggalek.
Dalam setiap tahunnya di Kabupaten
Trenggalek diadakan lomba dan pementasan dari kesenian tersebut. Dari kegiatan
tersebut berbagai upaya mencari bentuk baru terjadi pada setiap penyajian oleh
grup-grup jaranan. Ragam gerak baru bermunculan setiap saat pada waktu
berpentas. Meskipun pada mulanya Jaranan Turonggo Yakso tersebut bermula dari
daerah Dongko, namun perkembangannya diluar sangat pesat.
Sinopsis Tari
Turonggo Yakso
Upacara adat
Baritan telah melahirkan ide untuk memprojeksikan kembali berbagai
sentuhan estetis kesenian jaranan yang ada pada upacara baritan tsb pada wujud
baru, yaitu tari Turonggo Yakso Trenggalek yang diwarnai dengan
mayoritas budaya masyarakat agraris memberikan peluang kehidupan kesenian
jaranan. Diwilayah kecamatan dongko, terletak didaerah pegunungan Trenggalek,
terdapat upacara adat baritan yang hidup turun temurun, hingga upacara tsb
menjadi sebagian dari kehidupan masyarakat yang ada diwilayah tersebut.
Karena upacara itu
dilaksanakan bubar ngarit tanduran, maka diberi nama Baritan( menurut mbah
Karto sentono). Setelah upacara selesai diteruskan dengan pentas kesenian
langen Tayub ditempat bekas tumpukan dhadhung tadi. Dhadhung yang telah
dimanterai dibagikan kepada pemilik semula dan disimpan yang baik diatas pogo.
Dengan menyimpan dhadhung tersebut , atas berkat Tuhan Yang Maha Esa, hewannya
akan terhindar dari gangguan malametaka dan penyakit.Namun upacara baritan
tersebut pada bebrapa tahun yang lalu sudah ditinggalkan oleh masyarakat
pendukungnya. Untuk melestarikan uparacara pada tahun 1971 penilik kebudayaan( Bapak
Sutyono) beserta seninam berusaha menciptakan suatu bentuk tari yang bisa
mendatangkan masyarakat tanpa diundang, yaitu tari jaranan. Didalam
melaksanakan upacara adat baritan yang dulu hiburannya langen Tayub, diganti
kesenian jaranan, karena kesenian jaranan dianggap sangat cocok untuk.
Berangkat dari
kesenian jaranan yang terdapat pada upacara adat Baritan tsb melahirkan ide
untuk memprojeksikan kembali berbagai sentuhan estetis kesenian jaranan yang
ada pada upacara baritan tsb pada wujud baru, yaitu tari Turonggo Yakso.
Artikel yang sangat bagus
BalasHapus